Kehadiran Go-Jek sanggup menekan angka pengangguran di saat krisis seperti sekarang. Para pekerja yang awalnya di sektor formal bergeser ke sektor informal dengan menjadi pengendara Go-Jek.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) terus melemah sehingga mendorong sejumlah industri mengambil langkah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Selain itu, himpitan ekonomi akibat naiknya harga-harga mendorong para pekerja di sektor formal mengambil pekerjaan paruh waktu yang bisa menghasilkan pemasukan tambahan.
Kehadiran PT Go-Jek Indonesia, sebuah perusahaan berbasis aplikasi untuk ojek, menjadi solusi orang-orang yang tidak bekerja atau yang mengalami nasib PHK.
"Para korban PHK umumnya terjadi di sektor formal. Dan mereka lari ke sektor informal, seperti Go-Jek. Secara tidak langsung menyerap tenaga PHK untuk bekerja di sana," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Sasmito Hadi Wibowo, di Gedung BPS, Jakarta, Senin (14/9). Menurut Sasmito, kehadiran Gojek akan berdampak pada hadirnya entrepreneur baru yang bisa membuka lapangan kerja baru.
Sayangnya, BPS belum memiliki data pekerja di sektor informal, seperti Go-Jek. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sudah beberapa kali menyarankan BPS mendata khusus sektor informal ini.
BPS menyebut Go-Jek merupakan sektor informal kreatif. Usaha ini patut didukung karena dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian
0 Response to "Benarkah Gojek Menekan Angka Pengangguran?"
Post a Comment